Jumat, 11 Mei 2012

Jacobs In The Trunk





Dentuman drum, kolaborasi distori gitar dan bass serta scream kencang menggetarkan Crooz Stage di malam kedua Bandung Clothing Expo 2012. Salah satu pengguncang malam itu ialah Jacobs in The Trunk, yang salah satu ‘senjatanya’ ialah Demon of the Pit.

Terbentuk pada 2010 lalu, Jacobs in The Trunk kini tengah sibuk mempersiapkan produksi split EP mereka dengan Chatte di bawah label rekaman Crooz Records. Fadil (vokal), Fatah (gitar), Satryo (gitar), Adityo (bass) dan Bonim (drum) memanaskan panggung sebelum hari kedua BandCloth berakhir. Band yang terpengaruh oleh musik August Burn Red, Parkway Drive dan band-band metal sekarang di luar negeri, ternyata terbentuk dengan tiga anggota saja awalnya.

Jacobs in the Trunk terbentuk awalnya dari gue, Adit sama Satryo. Terus kita cari drummer ketemu Bonim. Cari-cari vokalis ketemulah Fadil. Jadi kami bertiga Adit, Satrio dan Fatah awalnya satu kampus. Karena kami punya kesamaan dalam selera musik, akhirnya kami bentuk band,” jelas Fatah.

Band dengan vokalis berambut gimbal ini ternyata merasa, mereka memiliki chemistry dan pola bermusik yang sama. Mungkin saja jarang ditemukan dalam band-band Indonesia yang ada saat ini. Namun, Fadil mengatakan bahwa tak hanya rambut gimbal dan pola bermusik yang sama, sebagai ciri khas mereka. “Gue rasa kami kebawa sesuatu yang somehow baru di antara spesifikasi genre musik yang ada,” jelasnya tegas. “Kita bikin sesuatu yang baru dan gebrakan baru. Khususnya di dunia musik indie,” tambah Satryo.

Untuk nama Jacobs in the Trunk sendiri ternyata tercipta tanpa sengaja. Benar-benar tidak sengaja. “Namanya tuh totally random, serandom-randomnya lah. Ngasal,” jelas Fatah seraya tertawa. “Nggak ada hubungannya sama Jacobs film Twilight ya,” canda Satryo.

Jacobs in the Trunk memang tengah naik daun di skena musik indie lokal. Harapan untuk tampil di luar negeri pun juga mulai terbesit. Namun, menurut Bonim, mereka ingin bekerja keras dulu di dalam negeri hingga siap untuk tampil secara internasional.



Split EP Album

Album yang sempat tertunda pembuatannya kini hampir selesai. Nantinya lima lagu Jacobs in the Trunk akan digabung dengan lima lagu Chatte dalam album berjudul Separe. “Kami kan split EP dengan Chatte. Mereka konsepnya tentang kehidupan. Sedangkan Jacobs konsepnya tentang kehidupan, kematian dan setelahnya (life, death and aftermath). Ada beberapa lagu yang memang unsurnya kontribusi tentang life, kontribusi tentang death dan setelahnya,” ujar Fadil.

Tak sekadar menghibur dan laku di pasaran, split EP Jacobs in the Trunk ini diharapkan menjadi debut album yang baik. “Prinsipnya sih, gue ingin ngancurin kuping orang. Pesan gue, lo sudah hidup, jadi nikmatin saja hidup lo,” jelas Fadil mengenai pesan yang ingin disampaikan dalam debut album Jacobs.

Banyak harapan dan cita yang ingin dicapai para personil Jacobs in the Trunk. Seperti Fadil yang ingin menghapus stereotip rambut gimbal identik dengan musik reggae. Begitu pula Adityo, yang ingin tetap berada di jalur apa yang sudah ia mulai dari awal. Lalu, tetap eksis ke depannya. “Gue ingin terus eksis saja di dalam dunia musik indie. Ingin terus diingat orang, nggak cepat hilang intinya,” harapnya.

Berbeda dengan drummer mereka yang memiliki harapan yang cukup unik. “Tujuan paling utama tuh, sampai ada orang yang bikin tato nama Jacobs in the Trunk di badannya!” kata Bonim bersemangat.

Apa yang akan terjadi ke depannya, akan menjadi tantangan bagi Jacobs in The Trunk untuk terus berkarya. Tetap metal, meningkatkan levelentertaining ketika tampil di atas panggung serta member warna baru dalam skena musik metal ialah apa yang akan terus dilakukan mereka. “Gue pengen kuping orang meledak, nyet! Dan gue pengen orang mengerti lirik-lirik gue,” jelas Fadil bersemangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar